Sunday, 20 October 2013

Syair:Nyanyian Tasik Keruh By FiraSastra

Tasik Proton City

Angin berlalu awan menderu,
burung di pohon berhenti berlagu,
tangisan langit menitis kemukaku,
aku bersyukur pada tuhanku,

cahaya indah penghias wajah,
tujuh warna pengikat ukhuwah,
insan berduka senyumnya bercambah,
melihat wajahku tasik yang indah,

dulu aku tempat bermadah,
tepian wajah tumpuan beriadah,
pepohon rendang teduhan bekhelah,
namun kini ianya musnah.

Anak gelama mulai sunyi,
rumpai dan kerikil kian sepi,
hanya menunggu hari berganti,
tangisan langit tak berguna lagi.

pemusnah itu masih terlena,
mimpi gembira sedar bahagia,
sedangkan aku merintih hiba,
bagaikan aku tiada didunia.

wajahku kini dihujani sampah,
awanku kini manusia yang punah,
kini mukaku sudah mendarah,
tidak mungkin akan disinggah.

Duluku jernih kiniku keruh,
manakah lagi kasih bertaruh,
pondokku megah semakin runtuh,
hanya menunggu hari berlabuh.

wahai pemusnah bukalah mata,
diriku ini emas berharga,
harus dijaga harus dibela,
baktiku terus pada manusia.

No comments:

Post a Comment